

Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang.
(QS. Ar-Rum: 21)
Dari yang awalnya cuma teman sebangku di SD, saling ejek karena rebutan penghapus, hingga akhirnya jadi duo andalan pas tugas kelompok. Dari yang dulu main petak umpet bareng di halaman sekolah, sampai tuker-tukeran bekal saat jam istirahat.
Dari yang lulus SD lalu sempat berpisah, tiba-tiba ketemu lagi di SMP yang sama. Awalnya canggung, tapi lama-lama malah makin akrab. Dari yang cuma ngobrol soal PR matematika, jadi mulai curhat tentang hal-hal yang lebih personal. Dari yang dulu cuma main bareng di sekolah, jadi mulai pulang bareng naik sepeda.
Dari yang awalnya sahabatan, tanpa sadar mulai saling suka. Dari yang saling kirim meme di grup kelas, jadi mulai chat berdua sampai tengah malam. Dari yang cuma teman cerita, akhirnya jadi pacar di SMA.
Dari yang tiap hari ketemu di kelas, harus rela LDR karena kuliah di kota yang berbeda. Dari yang biasanya bisa langsung nyamperin kalau ada masalah, jadi hanya bisa saling support lewat video call dan voice note panjang. Tapi meski jarak memisahkan, perasaan tetap sama: selalu ada dan selalu menunggu.
Dari teman sebangku jadi teman hidup. Dari masa kecil yang penuh tawa, remaja yang penuh pencarian, hingga dewasa yang penuh kepastian. Dari yang dulu cuma bercanda soal masa depan, kini benar-benar melangkah ke sana bersama. Semua perjalanan ini mengajarkan satu hal: bahwa cinta terbaik bukan yang datang tiba-tiba, tapi yang tumbuh perlahan dan tetap bertahan.